Sumber: ROBOTARIUM NASIONAL / REUTERS / ROBOTIK FRONTIER
Jakarta, tvrijakartanews - Sebuah robot bawah air otonom, didukung oleh AI, dirancang untuk beradaptasi dan bereaksi terhadap gelombang laut yang ganas secara real-time. Robot ini sedang dikembangkan di Inggris untuk membantu memeriksa dan memperbaiki ladang angin lepas pantai.
Mengutip reuters (20/11/2024) di Inggris, lebih dari 2.600 turbin angin terletak di lepas pantai, dan ada rencana untuk meningkatkan kapasitas ini empat kali lipat pada tahun 2030. Biasanya, masing-masing turbin ini memerlukan pemeriksaan pemeliharaan hingga tiga kali setahun, dan tingkat ini cenderung meningkat seiring bertambahnya usia turbin.
Saat ini sedang dalam uji coba di Edinburgh sebagai bagian dari proyek 'Intervensi Bawah Air untuk Energi Terbarukan Lepas Pantai' (UNITE) yang didukung pemerintah Inggris senilai £1,4 juta ($1,7 juta). Robot otonom dapat memungkinkan operasi presisi tinggi bahkan dalam kondisi laut yang bergolak.
"(Robot) ini mampu bernavigasi secara otonom di sekitar struktur dan secara efektif membangun model 3D dari struktur tersebut yang dapat memungkinkan Anda untuk memeriksanya, bernavigasi di sekitarnya, dan mendeteksi adanya cacat pada struktur tersebut," jelas Yvan Petillot, Profesor Robotika di Universitas Heriot-Watt dan pimpinan akademis National Robotarium.
AI pada robot ini mengintegrasikan teknologi pemetaan 3D, yang memungkinkannya membuat peta bawah air yang terperinci. Hal ini membantu robot menavigasi struktur lepas pantai yang kompleks dan mengidentifikasi komponen yang memerlukan perawatan secara tepat, sehingga meningkatkan efisiensi dan akurasinya.
"Kecerdasan buatan kami terutama merupakan mesin otonomi besar yang menganalisis lingkungan untuk mengetahui ke mana robot harus bergerak selanjutnya guna mengumpulkan data yang lengkap tentang lingkungan tersebut, dan cara menavigasi secara otonom di antara tempat-tempat berbeda tersebut, serta memanfaatkan lingkungan tersebut untuk keuntungannya," kata CEO Frontier Robots, Jonatan Scharff Willners.
Ia lebih lanjut menjelaskan bagaimana penggabungan data sensor membantu robot tetap beroperasi, bahkan di perairan Laut Utara yang bergelombang dan keruh.
"Di beberapa tempat di Inggris dan khususnya di Laut Utara, jarak pandang biasanya sangat buruk, jadi saat itulah keselamatan robot dan aset menjadi sangat penting, kami menggabungkan lebih banyak data sensor sehingga kami dapat beroperasi dalam berbagai kondisi," tambah Scharff Willners.
Dipelopori oleh Universitas Heriot-Watt bekerja sama dengan Imperial College London, spesialis geo-data Fugro, dan perusahaan spin-out Heriot-Watt Frontier Robotics, proyek ini didukung oleh pusat Robotarium Nasional Inggris untuk robotika dan AI.
Jika berhasil, sistem tersebut dapat memberikan wawasan data hanya dalam waktu 3 jam, peningkatan signifikan dari standar industri saat ini yaitu 3 minggu.
Para insinyur kini tengah mengembangkan lengan robotik untuk pesawat itu, dengan uji coba laut dengan mitra industri diharapkan akan dilakukan pada awal tahun 2025.
Tujuannya adalah agar robot bawah air otonom ini dapat melakukan berbagai tugas pemeliharaan penting pada turbin angin lepas pantai, seperti melakukan pengukuran yang tepat, melakukan inspeksi visual, membersihkan struktur, dan memperbaiki cacat yang teridentifikasi.